Oleh : Dede Farhan Aulawi
*Penulis, Spiritualis Muslim, tinggal di Bandung.
Saat ini seluruh umat Islam di seluruh dunia sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan yang dimulai pada hari Selasa 13 April 2021. Semua tentu ingin melaksanakan ibadah puasa ini dengan sebaik mungkin dan mencapai tujuan dari perintah puasa itu sendiri. Adapun tujuan puasa Ramadhan yang pertama adalah untuk meraih taqwa sebagaimana tercantum dalam QS. AlBaqarah ayat 183, yang berbunyi sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Taqwa bisa didapatkan seorang muslim, apabila ibadah puasa dijalankan tidak hanya menahan lapar dan nafsu saja, tetapi juga disertai dengan perilaku yang baik sebagaimana sabda Rasulullah dalam Hadist Riwayat Bukhari :
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan keji, maka Allah tidak mempunyai keperluan apa pun kepada hamba-Nya untuk meninggalkan makan dan minumnya”.
Tujuan puasa Ramadan yang kedua adalah untuk menahan diri. Menahan diri yang dimaksud adalah menahan diri dalam hal apapun. Baik menahan diri dalam perkataan, perbuatan, juga nafsu. Menahan diri dalam perkataan, bisa berupa menahan lisan dari perkataan buruk yang dapat melukai perasaaan orang lain, sekalipun mungkin kita merasa diremehkan atau dihina oleh orang tersebut. Begitu pula dengan menahan diri dalam perbuatan. Puasa bisa membantu kita untuk menahan diri dari keinginan perbuatan atau perilaku buruk yang merugikan orang lain. Bukan hanya itu, puasa juga mendukung kita untuk menahan segala nafsu yang ada.
Tujuan berikutnya adalah sebagai upaya introspeksi diri dan tenggang rasa serta meningkatkan kepekaan sosial terhadap sesama. Ibadah puasa merupakan perpaduan alat ukur yang sempurna untuk mengetahui seberapa besar “intellectual quotion, emotional quotion dan spiritual quotion” manusia dalam menghadapi hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang plural dengan dinamika perkembangan yang dinamis agar puasanya mampu mengantarkan kepada takwa, dan bisa menggapai rahmat dan ampunan Allah SWT.
Oleh karena itu setiap muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa, hendaklah mampu mencegah diri dari perbuatan atau ucapan yang haram agar puasanya tidak sia-sia, sebagaimana sabda Rasulullah :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْل فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan yang haram, perbuatan yang haram dan kejahilan maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya.” [HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Rasulullah juga bersabda :
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“Bisa jadi orang yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus dari puasanya, dan bisa jadi orang yang sholat malam hanya mendapatkan begadang malam dari sholat malamnya.” [HR. Ath-Thobarani dalam Al-Kabir, Shahihut Targhib: 1084]
Kemudian Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
والصائم هو الذي صامت جوارحه عن الآثام ولسانه عن الكذب والفحش وقول الزور وبطنه عن الطعام والشراب وفرجه عن الرفث
“Orang yang berpuasa adalah yang anggota tubuhnya berpuasa dari dosa-dosa, lisannya berpuasa dari ucapan dusta, perkataan keji dan persaksian palsu, perutnya berpuasa dari makan dan minum, dan kemaluannya berpuasa dari jima’.” [Al-Wabilus Shayyib: 43]
Dengan demikian maka setiap orang yang melaksanakan ibadah puasa hendaklah menjalankannya dengan sebaik mungkin, dan tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabraniy dalam Al Kabir). Oleh karenanya hendaklah menghindari hal – hal yang bisa membuat puasanya sia – sia, seperti :
– Menjalankan puasa dengan tidak ikhlas
– Suka berkata-kata kotor atau keji
– Sering mengumpat dan marah
– Mencela dan mengajak bertengkar
– Menggunjing atau ghibah
– Suka berdusta
– Memberi kesaksian palsu
– Memfitnah
– Berbuat maksiat
Seluruh kemaksiatan bisa menjadi penyebab puasa sia-sia. Karenanya kita perlu waspada dan bermujahadah agar diri terhindar dari segala bentuk kemaksiatan yang sebenarnya harus dijauhi tidak hanya di bulan Ramadhan tapi juga di sepanjang waktu. Semoga bermanfaat. ***