Jakarta,Koranpelita.com
Uji klinis vaksin COVID-19 (Coronavirus Disease) tahap 3 yang sedang dilakukan di Bandung, Jawa Barat merupakan tahap akhir. Apabila berhasil, maka sudah bisa digunakan masyarakat Indonesia dan bisa diperjualbelikan.
Hal tersebut diungkapkan Kusnadi Rusmil Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjajaran pada Diskusi Media (Dismed) Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) bertajuk Menjawab Keraguan Soal Vaksin yang digelar melalui virtual di media center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), di Jakarta,kemarin.
Ditambahkannya bahwa uji klinis tahap 3 ini dilakukan secara multi center. Pada tahap 1 dan 2 yang telah dilakukan di Wuhan, Tiongkok dari segi keamanan hingga saat ini tidak terjadi hal-hal yang merugikan. Maka itu Ia meminta agar masyarakat tidak perlu takut akan vaksin Covid-19 ini.
Karena sudah mengenal imunisasi dan sudah dilakukan sedari dulu di Puskesmas maupun Posyandu. Seperti penyakit difteri, penyakit pertusis sudah sangat jarang di Indonesia. Vaksin Covid-19 ini juga dilakukan hal yang sama, kata Kusnadi.
Tidak hanya dilakukan di Indonesia, vaksin COVID-19 juga dilakukan di beberapa negara. Vaksin ini, lanjut Kusnadi merupakan satu-satunya harapan untuk membentengi diri agar pandemi COVID-19 ini bisa berkurang.
Pada tahap 1, lanjut Kusnadi vaksin diuji pada 125 orang, kemudian 600 orang. Namun sebelum dilakukan tahap 1, ada tahap yang dinamakan Pre Clinical Trial yang diuji pada tumbuh-tumbuhan, yang hasilnya tumbuhan tersebut tidak rusak.
Setelah itu, disuntikkan kepada binatang tikus dan monyet melalui pembuluh darah dan hasilnya tidak ada perubahan yang signifikan. Baru dilakukan uji tahap 1 dilakukan kepada manusia yaitu dilihat imunogenisitas, keamanannya, dam efeknya, kata Kusnadi.
“Pada tahap kedua sebanyak 1.650 orang disuntikkan vaksin dan hasilnyapun tanpa gejala yang berbahaya. Sampai sekarang tidak ada yang mengkhawatirkan,” kata Kusnandi.
Kusnadipun menjamin bahwa uji klinis untuk vaksin COVID-19 sangat aman dan berhati-hati. Hal ini karena pengalamannya melakukan berbagai uji klinis terhadap vaksin-vaksin sebelumnya.
“Hasil yang selama ini di Indonesia bagus. Saya melakukan uji klinis bukan pertama kali. Saya melakukan uji klinis di atas 30 kali. Ini termasuk uji klinis yang aman, dibandingkan waktu saya uji klinis untuk vaksin tifus dan tetanus,” ungkapnya. Namun, Kusnandi tidak mengetahui persoalan waktu vaksin dilakukan ke masyarakat. (Vin)