Tantangan Pustakawan di Era Industri 4.0

Antologi Esai Pustakawan Perpustakaan Nasional

Oleh: Diana Toyang

*Penulis, Pustakawan Perpusnas.

Kita tak bisa menghindar perkembangan teknologi informasi di era globalisasi ini. Keterbukaan era informasi yang begitu pesat menjadikan dunia tidak mengenal batas ruang dan waktu. Guna meningkatkan perkembangan literasi dan minat baca masyarakat, pustakawan harus lebih berperan di masyarakat luas. Mereka perlu berbenah diri untuk menjawab tantangan dan peluang di era industri 4.0 yang penuh dinamika dan tantangan tersendiri.

Pustakawan perlu memiliki motivasi diri untuk menghasilkan inovasi dan kreativitas. Bukan hanya dalam menyajikan informasi dan pelayanan saja, tetapi juga menyediakan bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Inovasi dan kreativitas seorang pustakawan harus bisa dirasakan langsung pengguna informasi. Minat baca masyarakat dapat disikapi dengan menyesuaikan kebutuhan bahan bacaan.

Kemajuan teknologi informasi memang sudah memengaruhi semua lini kehidupan, termasuk keberadaan perpustakaan yang harus ditunjang oleh berbagai fasilitas digital (internet) yang memadai dengan sumber daya manusia yang profesional (pustakawan). Dampak perkembangan teknologi informasi yang tidak mengenal batas waktu dan jarak merupakan pekerjaan rumah pustakawan yang sangat penting. Namun jika tidak disikapi dengan bijak dan benar, akan berdampak pada rendahnya minat baca masyarakat.

Tentu kondisi ini akan memperburuk perkembangan minat baca yang sedang digaungkan oleh pemerintah melalui “Gerakan Literasi Sekolah dan Gerakan Literasi Nasional”.

Ini sejalan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pada sambutannya saat peresmian Gedung Perpustakaan Nasional RI 14 September 2017 lalu menyatakan bahwa “melalui perpustakaan minat baca anak-anak Indonesia perlu ditingkatkan. Apalagi anak-anak masa kini, yang biasa disebut dengan generasi milenial, memiliki pola pikir yang jauh berbeda bila dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya”.

Kehadiran perpustakaan sebagai pusat informasi memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan minat baca masyarakat melalui penyediaan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pustakawan sebagai pemegang ujung tombak kemajuan suatu perpustakaan dituntut memiliki kompetensi yang memadai untuk berperan aktif dalam meningkatkan minat baca.

Selain melakukan pelayanan bahan bacaan, pustakawan juga dituntut memiliki keterampilan dalam menyajikan informasi. Tuntutan kemajuan teknologi informasi merupakan tantangan besar sekaligus peluang besar bagi pustakawan untuk ikut berkompetisi dengan segala perubahan.

Semua lapisan masyarakat akan menghadapi perubahan dari kemajuan teknologi informasi yang diberi nama “zaman now” dan dilanjutkan lagi dengan “era industri 4.0”. Masa ini ditandai dengan hadirnya industri berbasis digital, ilmu komputer, Internet of Things (IoT) dan analisis big data yang dapat menimbulkan perubahan (disrupsi) di segala lini kehidupan.

Menghadapi generasi milenial, perpustakaan zaman now turut dipengaruhi teknologi digital. Suka tidak suka, fenomena ini sudah menjadi primadona dalam menyapa semua lini kehidupan. Pustakawan seolah-olah dibukakan keran untuk menghadapi kemajuan teknologi informasi dengan tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi untuk menghadapi perubahan.

Akankah pustakawan dapat menghadapi era zaman now menuju era industri 4.0 dengan segala perubahan? Motivasi diri dan inovasi yang kreatif diperlukan dengan berbekal diri peningkatan kompetensi yang memadai, jika tidak mau ditinggalkan.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 1 ayat (8), menyebutkan pustakawan adalah “seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, seorang pustakawan harus memiliki kompetensi, karakter dan soft skill agar profesional baik dari aspek pengetahuan, keahlian, sikap kerja, maupun kompetensi secara personal berupa kepribadian dan interaksi sosial yang memadai.

Tuntutan Pustakawan
Era industri4.0 ini membuat tantangan baru bagi perpustakaan terkait teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki peran penting kemudahan dalam mengakses informasi, sehingga pustakawan dituntut memiliki kemampuan menyediakan dan melayankan informasi untuk pengguna informasi.

Kita akui daya jangkau interkoneksi antar penyedia informasi tumbuh bagaikan jamur, sehingga semuanya akan bersaing untuk memanjakan pengguna informasi. Perpustakaan perlu menyesuaikan dan melengkapi semua perangkat yang diperlukan termasuk juga SDM. Dalam hal ini pustakawan harus memiliki kompetensi yang mampu bersaing dengan penyedia informasi lainnya;

Inovasi layanan pun penting agar informasi teknologi mampu meningkatkan daya guna perpustakaan bagi peningkatan kualitas SDM dan kesejahteraan masyarakat. Pustakawan juga dituntut cepat dan benar karena pengguna informasi menginginkan memperoleh informasi seutuhnya.

Lalu yang menjadi pertanyaan apakah memungkinkan teknologi informasi untuk mengembangkan inovasi layanan yang mampu mendorong pustakawan dan perpustakaan melakukan kerja-kerja praksis untuk meningkatkan daya guna perpustakaan bagi masyarakat?

Untuk melakukan layanan prima, pustakawan perlu membangun citra positif profesinya melalui kinerja terbaik, cepat, tepat, fokus, berorientasi pada hasil dan dilakukan dengan penuh keikhlasan agar berkah dan menjadi ladang amal.

Dalam berinteraksi dengan pengguna, pustakawan dapat memberikan layanan koleksi digital secara online dengan berbekal kemampuan menguasai digital dengan melihat berbagai kebutuhan informasi dalam setiap lini masyarakat. Ikhlas melayani pengguna informasi ditunjang dengan kemampuan menguasai ilmu pengetahuan, pustakawan harus “berkarya”, yakni karya pelayanan yang kreatif dan inovatif kepada pengguna tanpa diskriminasi.

Melalui kinerja terbaik, cepat, tepat, fokus, berorientasi pada hasil dan dilakukan dengan penuh keikhlasan agar berkah dan menjadi ladang amal. Karya pelayanan ini tentunya harus didukung dengan kompetensi profesional pustakawan, yakni kompetensi yang dilandasi dengan pondasi pengetahuan dan keilmuan serta soft skill yang kuat.

Peluang pustakawan di era industri 4.0 perpustakaan sebagai ujung tombak kemajuan pembangunan berperan untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan sejahtera bagi masyarakat Indonesia.

Peran perpustakaan dalam kemajuan pembangunan adalah sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat kebudayaan. Oleh karena itu, dalam mendukung peranan perpustakaan sebagai motor penggerak, diperlukan sumber daya manusia yang tangguh dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi untuk menjawab kemajuan teknologi dan komunikasi di era industri 4.0.

Perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan harus menyesuaikan kemampuan sumber daya manusia, dalam hal ini pustakawan, agar mampu menciptakan inovasi dan kreativitas dalam melayani masyarakat pengguna melalui transfer pengetahuan (knowledge transformation), atau melayani secara prima dengan penuh keikhlasan agar berkah dan menjadi ladang amal yang baik.

Perpustakaan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, di mana perpustakaan harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat untuk mengembangkan potensi berbasis literasi. Perpustakaan sebagai pusat kebudayaan perlu dipelihara dan dilestarikan karena merupakan budaya bangsa yang memiliki nilai-nilai sejarah.

Adapun peran pustakawan dalam era industri 4.0 dapat dilihat dari Peran Perpustakaan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) dan Sinergi Lintas Sektor, yaitu Pelayanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial yang bertujuan:

Satu, mengakhiri kemiskinan: penanganan perubahan iklim pemerataan akses pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk kesejahteraan; Dua, menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan: Peningkatan literasi gaya hidup sehat untuk mengurangi angka kematian dini akibat penyakit tidak menular.

Tiga, menjamin pendidikan berkualitas: menumbuhkan budaya kegemaran membaca; Empat, mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan: meningkatkan akses literasi terapan untuk pemberdayaan perempuan.

Lima, ketersediaan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi: meningkatkan akses literasi informasi terapan bagi pemuda; Enam, pengembangan industri, inovasi dan infrastruktur: penyediaan e-resource untuk mendukung riset dan pengembangan inovasi; Tujuh, penanganan perubahan iklim: menumbuhkan kesadaran perubahan iklim melalui akses literasi informasi berbasis TIK.

Bahwa pada era industri 4.0 perpustakaan mengambil peran bersama-sama dengan instansi pemerintah lainnya untuk mengisi poin-poin tersebut di atas di mana pustakawan berperan sebagai kunci keberhasilan perpustakaan. Peran perpustakaan dalam SDGs akan efektif ketika pustakawan bergerak bersama, mengadvokasi masyarakat, baik di tingkat lokal, nasional, maupun regional. (Didik Darmanto, MPA pada acara KPDI di Aceh 12 November 2019).

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah program Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang disahkan pada akhir September 2015 yang dikenal sebagai Agenda PBB 2030. SDGs mempunyai 17 tujuan dengan 169 target, dan 241 indikator yang terukur, dengan waktu 15 tahun.

Agenda tersebut oleh PBB ditentukan sebagai agenda pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Dengan memerhatikan penjelasan di atas, maka perpustakaan sebagai ujung tombak kemajuan pembangunan perlu mengambil langkah cepat dan tepat untuk berbenah diri menghadapi persaingan yang kian ketat, baik dari segi e-resource maupun dari kemajuan teknologi informasi yang begitu cepat di era industri 4.0.

Era ini ditandai dengan hadirnya industri berbasis digital, ilmu komputer, Internet of Things (IoT) dan analisis big data yang dapat menimbulkan perubahan (disrupsi) di segala lini kehidupan, juga dihadapkan dengan generasi milenial yang membawa tantangan tersendiri. Pustakawan perlu membangun citra positifnya melalui kinerja terbaik, cepat, tepat, fokus, berorientasi pada hasil, dan dilakukan dengan penuh keikhlasan agar berkah dan menjadi ladang amal.

Soft skill atau karakter yang kuat dan ilmu pengetahuan yang memadai juga dibutuhkan agar dapat berinovasi dan kreatif dalam menyediakan informasi, mentransfer informasi dan knowledge trasformation, serta dapat berkarya sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan merupakan suatu tantangan dan peluang bagi pustakawan untuk ikut mengambil bagian penting dengan berbekal pondasi ilmu pengetahuan dan keilmuan yang kuat.

Biodata
Nama : Diana Toyang
Tempat, tgl lahir : Toraja, Sulawesi Selatan, 6 Mei 1962
Pendidikan :
– Diploma (D3) Universitas Hasanuddin Makassar
– S1 Administrasi Negara FISIP Universitas Hasanuddin Makassar
– S2 Universitas Gadjah Mada

Jabatan :
– Humas Perpustakaan Nasional
– Badan Kepegawaian Perpuskaan Nasional
– Pustakawan Pertama Perpusnas
– Pustakawa Madya Perpusnas

About redaksi

Check Also

Tim PkM USM Sosialisasi Diversifikasi Olahan Buah Pala di SMKN H Moenadi Ungaran

SEMARANG,KORANPELITA – Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Semarang (PkM USM) melakukan Sosialisasi Diversifikasi Olahan Buah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca