Oleh: Muhammad Gumarang
Tak lama lagi masa pendaftaran calon Gubenur dan wakil gubenur Kalteng pilkada 2020 pendaftaran di KPU Provinsi Kalteng akan dibuka pada tanggal 4 september sampai 6 september 2020 dan ini serentak seluruh Indonesia dengan 270 peserta pilkada. Hiruk pikuk masing2 tim suksespun sudah nampak dimana mana dengan segala kegiatan sosial dan pemasangan atributnya para balon, namun yang kelihatan agak menonjol,gencar dan bertahan melakukan interaksi sosial dimasyarakat adalah balon patahana Sugianto Sabran karena beliau masih Gubuenur aktif, sebelumnya sempat dibayangi oleh oleh pendatang baru yaitu Bupati Barito Utara H. Nadalsyah atau yang dikenal dengan panggilan Koyem, namun sayang menurut kabar yang bersangkutan mengurungkan diri atau batal untuk ikut pilkada gubenur kalteng 2020 dengan alasan kosentrasi untuk menghadapi bencana pandemi covid 19 dan konsen membangun Kabupaten Barito Utara.
Pilkada Gubenur dan wakil gubenur Kalteng tahun 2020 ada beberapa nama yang sudah muncul dimasyarakat selain patahana Sugianto Sabran yaitu, HM. Riban satia, Ben Brahim S. Bahat , willy M. yosef, Asdi Narang, Wakil Gubenur Kalteng aktif Habib Ismail bin Yahya karena isu pecah kongsi tak berpasangan lagi untuk pilkada 2020 ini dengan patahana namun isu perpisahan itu bukan yang abadi dalam politik atau bisa juga itu bagian dari skanario politik. kemudian H.Nadalsyah (Koyem) namun isunya mengurungkan diri alias batal mencalonkan diri sebagai balon gubenur.
Melihat dari sisi kesiapan figur para balon dan dikaitkan dengan partai politik, patahana atau Sugianto Sambran yang nampak sudah siap dari segala aspek terutama logistik,aktivitas sosial, ketenaran, infrastruktur partai diantaranya partai Golkar yang merupakan partai tak asing lagi yang membesarkan karir politik keluarga besar Sugianto Sabran dan ditambah partai koalisi yang diprediksi yaitu Partai Gerinda,PAN,Partai Demokrat. Keempat partai besar ini pulalah yang dulunya menghantarkan kesusesan atau kemenangan Sugianto Sabran dan Habib Ismail menjadi gubenur dan wakil gubenur kalteng priode 2015-2020. Namun kemenangan itu juga tak luput dari faktor lainnya yaitu kuatnya logistik, faktor komposisi pasangan dan pilkadanya head to head yang tak bisa dipungkiri berimbas adanya paham politik identitas atau politik aliran sehingga berpengaruh besar pada wilayah pemilihan kotim pada waktu itu dimana Sugianto Sabran dan Habib Ismail bin Yahya memperoleh kemenangan telak yaitu hampir 70 persen sehingga memberikan kontribusi besar atas kemenangan mereka pilkada 2015 lalu
Upaya perjuangan sugianto sabran dalam membangun kekuatan politik di PDIP hal yang luar biar dimulai dari sebagai kader PDIP menjadi anggota DPR kemudian mencalon Gubenur Kalteng namun tak lewat partai PDIP karena partai tersebut telah mengusung kadernya yang lain yaitu Willy M. Yosef berpasangan Wahyudi K.Anwar dan Sugianto Sabran berpasangan dengan Habib Ismail bin Yahya diusung oleh partai Golkar, PAN, Partai Gerinda, Partai Demokrat dan pilkada 2015 tersebut dimenangkan oleh Sugianto Sabran dan Habib Ismail bin Yahya.
Kemudian Sugianto Sabran walaupun terpilih menjadi Gubenur Kalteng priode 2015-2020 melalui atau diusung oleh partai koalisi diluar partai PDIP Sugiato Sabran tak luntur dengan perjuangannya tak mau lepas dari cinta dengan PDIP tempat labuhan hatinya,dengan menuver memperlihatkan bahwa ia adalah Gubenur Kalteng dari kader PDIP bukan dari partai pengusung, untuk memperlihatkan dan membuktikan eksistensinya di PDIP memang tak pernah surut. Hal itu juga tak luput bagian dari membangun kekuatan politik di legislatif agar untuk memperlancar urusan pembangunan selama kepemimpinannya. kemudian dia berupaya melakukan menuver lagi ikut sebagai kandidat kuat calon ketua PDI P Provinsi Kalimantan tengah pada tahun 2019,namun lagi -lagi hasilnya ternyata kebijakan PDIP pusat memilih kadernya yang lain terpilih sebagai ketua PDIP Provinsi Kalimantan Tengah yaitu Arthon S. Gohong membuat Sugianto Sabran harus merima keputusan politik tersebut sebagai kader yang loyal terhadap partai.
Sekarang publik bertanya tanya apakah dalam pilkada 2020 Sugianto Sabran akan diusung oleh PDIP ini menjadi sebuah teka teki bagi publik karena bila diusung oleh PDIP maka Sugianto Sabran diprediksi melawan kotak kosong,mengapa demikian karena nampaknya Sugianto Sabran lebih gampang mendapatkan dukungan partai lain dari pada PDIP. Namun apakah ini suatu kenyataan nantinya, nampak agak sulit bagi Sugianto Sabran untuk mewujutkan mendapat PDIP sebagai partai pengusung karena tergantung konstalasi PDIP di pusat terhadap konstelasi politik keluaga besar Sugianto Sabran atau PDIP tak begitu suka sikap politik dimadu sedangkan Sugianto Sabran dalam politik banyak partai yang jatuh hati padanya dan ditambah pula sifat PDIP tidak akan mau sebagai partai pengekor karena sebagai partai pemenang pemilu 2019 di Kalteng
Tetapi ada hal kondisi yang menguntungkan Patahana Sugianto Sabran dalam pilkada Kalteng 2020 pertama masa menjabat efektifnya hanya sekitar 2,5 tahun (2020-2024)
sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti pilkada tersebut sama dengan masa menjabat 5 tahun dengan demikian para balon pilkada harus berhitung dua,tiga kali. Kedua sekarang dalam keadaan kesulitan ekonomi dan keuangan baik pemerintah apalagi masyarakat. Ketiga sebagai patahana jelas ada sisi lebih menguntungkan dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat apa lagi dimasa bencana pendemi covid 19 ini.
Bagaimana kalau PDIP tak mengusung Sugianto Sabran sebagai calon Gubenur Kalteng pilkada 2020 ini jelas akan menimbulkan kekuatan peta calon dengan beberapa alternatif kemungkinan pertama bila head to head Sugianto Sabran diprediksi berpasangan dengan Habib Ismail bin Yahya atau bisa juga berpasangan dengan yang lain melawan pasangan PDIP yang diprediksi mengusung tokoh senior politik diKalteng diantaranya HM. Riban Satia atau Willy M. Yosef atau Asdi Narang,dan bisa juga Ben Brahim S. Bahat Karena sulit bagi PDIP untuk mencari diluar nama2 tersebut baik kader sendiri maupun diluar kader untuk balon Gubenur karena faktor pepoleritas dan elektibilitas maupun daya dukung lainnya yang mampu mengimbangi patahana. Kedua sangat tipis alias kecil sekali peluang 3 pasang calon pilkada Kalteng 2020 walaupun peluang ada pada Habib Ismai bin Yahya untuk membentuk poros ketiga namun nampak PKB sebagai partai dipimpinnya di Kalteng tak cukup untuk mengusung harus ada tambahan partai lain utk koalisi, namun partai lain kemungkinan merapat ke Sugianto Sabran selain PDIP. Untuk mewujutkan itu Habib Ismail bin Yahya memerlukan energi besar yang jelas menjadi tugas berat baginya.
Bagaimana sikap politik PDIP menghadapi Sugianto Sabran dalam pilkada Kalteng 2020 pertama PDIP kira2 mengharapkan 3 pasang calon namun PDIP menyadari itu sulit,maka kalau terjadi head to head maka PDIP sebagai partai yang memenuhi syarat mengusung sendiri sekalipun tanpa koalisi akan merubah kebiasaan mulai dari komposisi pasanangan sampai strategi lainnya karena belajar dari pengalaman kekalahan dan mempertimbangkan keunggulan2 yang dimiliki patahana ditambah kondisi cuaca politik nasional sekarang dan memperhitungkan peta wilayah kemenangan patahana pada pilkada lalu. Dan saya yakin patahana juga menyadari hal tersebut. (Penulis pengamat Politik dan Sosial)