Oleh: Sari Namarito Simarmata
Berdasarkan data Global Wetlands April 2019, Indonesia memiliki lahan gambut terbesar kedua di dunia dengan luas mencapai 22,5 juta hektare (ha) yang tersebar dibeberapa provinsi di Indonesia.
Papua memiliki lahan gambut seluas 6,3 juta ha, Kalimantan Tengah (2,7 juta ha), Riau (2,2 juta ha), Kalimantan Barat (1,8 juta ha), Sumatera Selatan (1,7 juta ha), Papua Barat (1,3 juta ha), Kalimantan Timur (0,9 juta ha) serta Kalimantan Utara, Sumatera Utara, dan kalimantan Selatan yang masing-masing memiliki luas 0,6 juta ha.
Lahan gambut memiliki begitu banyak manfaat. Lahan gambut dapat mengurangi pemanasan global karena mampu menyerap gas-gas rumah kaca (seperti metan dan karbon). Lahan gambut juga dapat dijadikan sebagai briket untuk bahan bakar, sebagai penyimpan cadangan air, lahan pertanian dan biodivetsitas yang tinggi. Namun, lahan gambut juga membawa masalah dalam kehidupan. Sebagai penyimpan cadangan air, lahan gambut menghasilkan air gambut yang tidak layak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Air gambut merupakan air permukaan yang mempunyai ciri berwarna merah kecoklatan, pH rendah, kandungan zat organik yang tinggi, kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi dalam kandungan kation yang rendah sehingga tidak memenuhi syarat sebagai kebutuhan air minum rumah tangga, maupun air baku berdasarkan Kepmenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Berdasarkan masalah ini, peneliti melakukan riset dan pengembangan agar air gambut dapat digunakan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Telah banyak dikembangkan teknologi dengan pengaplikasian yang beragam salah satu pengaplikasiannya dalam penjernihan air (water treatment).
Dewasa ini telah trend pengembangan teknologi membran dikalangan para peneliti. Teknologi membran ialah proses pemisahan dua atau lebih fasa zat yang berbeda dengan melewatkannya pada suatu membran semipermeabel. Teknologi membran juga bersifat ramah lingkungan, harga bahan pembuatan membran dapat dijangkau, sistem perawatannya yang mudah hingga dapat digunakan dalam jangka panjang. Teknologi membran filtrasi terbagi menjadi nanofiltrasi, mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, dan reverse osmosis. Teknologi membran telah banyak diterapkan seperti pada peralatan medis untuk membantu proses cuci darah (hemodialisis) dan pada pabrik-pabrik besar dengan teknologi yang canggih.
Teknologi membran dapat memanfaatkan bahan alam seperti pasir silika dari lahan tambang, bahan komersil yang dijual dipasaran, dan bahkan limbah seperti cangkang udang, abu layang (flay ash) dapat digunakan sebagai material pembuatan membran. Dengan adanya teknologi ini maka akan sangat membantu dalam proses penjernihan air terkhusus air gambut yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. (Penulis, Mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya)