Jakarta,Pelita
Forum pertemuan ekonomi bergengsi World Economic Forum (WEF) di kota resor ski mewah Davos, Swiss, tahun ini menjadi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya oleh diskusi panel yang digelar Grab. Lewat forum itu, Grab memaparkan bagaimana teknologi dapat memberi dampak positif bagi masyarakat dengan sejumlah studi kasus pengalaman Grab di Indonesia dan Asia Tenggara.
Diskusi itu juga menjadi momentum pemerintah Indonesia kepada kalangan investor dunia mengenai kesiapan Indonesia menerima penanaman model ke depan.
Group CEO dan Co-founder Grab Anthony Tan menjadi moderator diskusi panel tersebut yang menghadirkan pembicara dari perwakilan pemerintah Indonesia dan perusahaan kelas dunia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto berbicara dalam satu sesi bersama Chief Operating Officer VMWare Sanjay Poonen (perusahaan teknologi virtualisasi dari AS), Chairman of Mastercard Center for Inclusive Growth Michael Froman (perbankan), dan Executive Vice President of Business Development Microsoft Peggy Johnson (perusahaan perangkat lunak).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Panjaitan membuka diskusi panel itu dengan menyampaikan harapan agar terjadi kolaborasi yang semakin erat antara pemerintah dan sektor swasta dalam memanfaatkan teknologi untuk kemajuan serta perbaikan ekonomi dan sosial bagi bangsa Indonesia.
“Setiap orang berhak atas manfaat dari ekonomi digital. Akses terhadap platform digital dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan di Asia Tenggara,” ujar Luhut di Jakarta, kemarin.
Menteri Airlangga menegaskan komitmen pemerintah untuk memfasilitasi pertumbuhan inovasi dan ekonomi berbasis teknologi, termasuk bisnis platform digital seperti Grab yang telah membantu proses inklusi keuangan di masyarakat.
Dalam laporan Grab for Good yang diluncurkan pada 2019, Grab telah membantu akses usaha kecil dan menengah (UKM) kepada perbankan. Studi KPMG pada 2016 menyebutkan hanya 27% orang dewasa di Asia Tenggara yang memiliki rekening bank. Ketiadaan akses ini membuat mereka tergantung pada lembaga pinjaman informal seperti “tukang kredit”. Lewat kemitraan dengan mitra dan merchant, Grab telah membantu 1,7 juta UKM membuka rekening bank pertama sejak 2012.
Selain soal kontribusi positif teknologi bagi masyarakat, diskusi panel tersebut membahas bagaimana praktik pengelolaan digital yang bertanggung jawab. Salah satu bentuk tanggung jawab itu adalah menciptakan peluang bekerja bagi mereka yang selama tidak mendapat peluang dari sistem yang ada.
Salah satu perwujudan tanggung jawab ini adalah inisiatif Mendobrak Sunyi dari Grab yang membuka kesempatan bekerja bagi orang dengan gangguan pendengaran. Selain itu, Grab menjalankan usaha untuk menjembatani kesenjangan keterampilan digital di Asia Tenggara melalui pelatihan keterampilan bagi mitra pengemudi.
Bentuk pengelolaan yang bertanggung jawab juga mencakup perlindungan data, sebagaimana disinggung oleh Menteri Airlangga. Ia menjelaskan pemerintah berkomitmen menyusun peraturan-peraturan yang ramah investasi namun tetap bersandar pada tata kelola yang baik, termasuk dalam perlindungan data.
Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menegaskan komitmen Grab dalam perlindungan dan keselamatan data pelanggan dan mitra sebagai bagian dari praktik pengelolaan digital yang bertanggung jawab.
“Kami telah menginvestasikan sumber daya, waktu, dan tenaga untuk memastikan platform kami aman dan memberi ketenangan bagi penggunanya. Dari fondasi keamanan platform inilah, manfaat kebaikan teknologi dapat kami sebarkan,” ujar Ridzki.
Ridzki mengatakan Grab Indonesia bersyukur dan bangga dapat mendukung Indonesia dengan ambil bagian dari momen penting di forum internasional ini. “Banyak inisiatif yang telah dilaksanakan di Indonesia menjadi referensi dan diskusi dalam forum tingkat dunia. Kami juga berterima kasih atas dukungan pemerintah Indonesia dalam acara diskusi panel di WEF ini,” ujar Ridzki. (Vin)