Jakarta,Koranpelita.com
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut, di tahun 2020 kasus TPPO dan eksploitasi pada anak belum kunjung mereda.
Data KPAI sepanjang tahun 2019 tercatat 244 kasus dengan jumlah kasus tertinggi adalah anak korban eksploitasi seksual.
“Komersial anak sebanyak 71 kasus, selain itu anak korban prostitusi 64 kasus, anak korban perdagangan 56 kasus dan anak korban pekerja 53 kasus, ” ujar Komisioner KPAI Bidang Trafficking dan Eksploitasi, Ai Maryati Solihah kepada Koranpelita.com di Jakarta, Jumat (24/1/2020) sore.
Menurutnya, pada kasus anak korban prostitusi di Penjaringan, Jakarta Utara, KPAI melakukan pengawasan rehabilitasi psiko social yang kini sedang mereka jalani di bawah naungan Kemensos RI.
“Awal mula mereka direkrut melalui modus job seeker di media social untuk pegawai restoran, toko kosmetik hingga penjaga toko busana yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan transaksi seksual, ” katanya.
Namun saat mereka datang, dipaksa harus mengikuti perintah Mami. Semua alat komunikasi dirampas, 2 bulan pertama tidak dibayar, dan semua kebutuhan korban yang diberikan menjadi hutang.
“Profil korban hampir sama yakni anak putus sekolah, usia 14-18 tahun, berasal dari Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah, ” ungkapnya.
Dari hasil pengawasan KPAI menyampaikan pertama, korban sedang menjalani pemulihan rehabilitasi psiko-sosial untuk kesehatan fisik, terutama kesehatan reproduksi, psikis dan psikologis.
Korban belum seluruhnya bisa terhubung dengan orang tua dikarenakan diantaranya ada yang tidak hafal alamat rumah. Saat ini korban membutuhkan perlindungan saksi dan korban untuk melindungi seluruh keterangan yang mereka berikan serta kerugian yang selama ini mereka derita. KPAI telah melakukan koordinasi dengan LPSK untuk segera memberikan layanan tersebut.
Kedua, KPAI memberikan apresiasi setinggi-tingginya dan mendukung upaya Polda Metro Jaya untuk mengembangkan kasus ini, melakukan cyber patroli secara intens pada kejahatan tipu daya bermodus job seeker online, sebab kemungkinan masih marak tipu daya rekrutmen untuk menjerat korban anak.
Ketiga, KPAI mendorong kasus ini sebagai bentuk Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang terindikasi dari beroperasinya sejumlah peran dalam sindikat ini.(Iv)