Dan, belum lagi merasakan tidur pulas, pramugari telah mengumumkan bahwa pesawat sebentar lagi akan mendarat di kota Ambon. Matahari pagi dari Indonesia timur memancar hangat, menyapa, membangkitkan semangat.
Saya memang bersemangat. Setelah terbelah rindu yang menderu, keinginan kembali melihat Ambon, akhirnya kesampaian. Kesempatan itu datang, bersama suasana hati yang riang, terutama karena perjalanan ini sekaligus merayakan 8 tahun OJK.
Rindu yang ditingkah haru, menyusupi hati, begitu kaki menginjak (kembali) tanah Ambon. Ingatan dibawa mundur jauh ke kesilaman. Tapi hanya samar, suasana kota Ambon muncul dalam ingatan. Saya tahu, kenangan setengah abad lalu, memang sudah tidak utuh. Begitu mobil melintasi jalanan menuju hotel, ingatan mengenai kota Ambon sirna sudah.
Saya masih kecil waktu itu. Kakak yang sengaja saya ajak dalam perjalanan ini, waktu itu kelas 6 SD. Ia juga tak mampu lagi mengingat kota Ambon. Ya, semua telah berubah, tanpa menyisakan mozaik yang utuh.
Ketika berkesempatan mampir ke rumah yang dahulu kami ditinggali, kenangan tentang lingkungan rumah yang terekam dalam ingatan sudah jauh berbeda. Satu-satunya yang tersisa hanyalah seonggok pohon mangga tua di halaman gereja Advent yang berbatasan dengan rumah.
Lamat-lamat saya ingat, dalu kami bertiga sering memanjat pohon mangga itu dari dahan yang menjuntai ke halaman rumah, bukan dari pokok batangnya. Bisa dibayangkan tiga anak perempuan kecil bergayutan di dahan mangga milik tetangga bagaikan hanoman kecil bergelantungan.
Bentuk bangunan tetangga kanan kiri telah berubah meskipun masih berfungsi sebagai Gereja Advent dan kantor CPM. Tak apalah yang penting kami berdua telah napak tilas ke masa kecil saat tinggal di Ambon tahun 1967. Napak tilas yang memberi bekas mendalam di dalam hati, karena sekaligus menengok saudara yang baru ditugaskan di Ambon.
Tentu, yang kami tuju, bukan hanya masa lalu. Tujuan utama perjalanan ini adalah membuka seminar. Semindar tentang Aktuaris agar para siswa, mahasiswa, guru, dan dosen di kota Ambon, mengenal profesi ini. Sebuah seminar yang sangat penting, karena masyarakat diharapkan mulai mengenal profesi Aktuaris lengkah dengan peranan serta prospeknya di Industri Jasa Keuangan.
Sampai saat ini, memang masih banyak masyarakat yang belum mengenal ilmu Aktuaria dan profesi aktuaris. Di Indonesia, jumlah aktuaris masih sangat sedikit, karena baru 319 orang. Itu, yang membuat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ngebut, mempercepat peningkatan jumlah aktuaris.
Jadilah, sejak tahun 2013 OJK bekerja sama dengan Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) Asosiasi perusahaan Asuransi dan dukungan dari READI Project membuat program 1000 aktuaris.
Salah satu programnya adalah melakukan sosialisasi dan seminar di berbagai kota yang melibatkan Universitas yang memiliki jurusan Matematika atau Statistika akreditasi A. Hal ini untuk menjajagi kerjasama penyelenggaraan atau penyetaraan mata kuliah dengan mata ujian profesi aktuaris.
Seminar ini juga bagian dari menjalankan kata-kata orang Ambon “bila katong seng kenal maka katong seng sayang.” Jadi kita perlu kenali apa itu Aktuaria supaya ada minat menjadi aktuaris.
Dalam seminar kali ini, kami mengundang mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) dan beberapa SMU di Ambon dengan narasumber dari OJK, PAI, BPJS TK serta READI Project.
Dan yang paling membahagiakan adalah ketika dekan Fakultas MIPA Unpatti menyatakan akan merintis program studi aktuaria tahun depan. Ini, akan menambah 13 perguruan tinggi yang telah mempunyai bidang konsentrasi aktuaria dan program studi aktuaria. Semoga dalam waktu yang cepat jumlah aktuaris segera meningkat.
Sebelum seminar, pagi harinya Kantor OJK Maluku mengadakan kegiatan donor darah, bazar sembako murah, stock lab competition dan lomba esai Simpel. Semua adalah rangkaian sewindu HUT OJK.
Saya diminta oleh pak Bambang Hermanto, pimpinan setempat untuk membuka kegiatan tersebut. Alhamdulillah peminatnya cukup banyak sehingga dari kegiatan tersebut mampu membuahkan hasil 120 kantong darah.
Selesai pembukaan, masih ada waktu sebelum acara utama seminar di siang hari. Saya diajak oleh pak Sumarjono yang menjadi salah satu pembicara seminar, untuk berkunjung ke kantor cabang BPJS TK di Ambon.
Suasana kantor terasa nyaman dan modern. Nuansa hijau mendominasi ruang utama layanan di lantai 1. Saya melirik makanan kecil yang disajikan. Aha ternyata ada sukun goreng kesukaan saya.
Ambon memang terkenal dengan sukunnya yang disantap bersama sambal. Tanpa menunggu dipersilahkan oleh tuan rumah, saya sudah melahap tiga potong sukun yang rasanya enak mirip sukun Jogja.
Sudah mengunyah tiga potong sukun, rasanya masih kurang. Tapi saya pura-pura menahan diri untuk tidak menghabiskan semua sukun yang disajikan. Semoga pak Jono tidak tahu soal ini. He…he…he…
Mumpung ada di Ambon, saya dan teman-teman menyempatkan mengunjungi aktivitas nasabah Mekaar dari Permodalan Nasional Madani (PNM). Pembiayaan Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) ini diperuntukan bagi kaum perempuan pra sejahtera yang mempunyai keinginan berusaha namun tak ada modal untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
Setiap kelompok dengan sistem tanggung renteng terdiri dari 10 sampai 30 anggota yang rutin berkumpul setiap minggu pada hari dan jam yang sama di tempat yang sama untuk mengangsur pinjamannya serta mendapat arahan dari Account Officer PNM yang sama pula.
Dalam setiap pertemuan, anggota kelompok Mekaar wajib membaca doa, janji nasabah, Pancasila, menyediakan uang jaga jaga (untuk menutup angsuran anggota yang tidak hadir) dan mengangsur pinjamannya. Untuk meningkatkan budaya menabung, para anggota juga dilatih menyisihkan dananya untuk disimpan.
Pada kesempatan itu, saya berpesan kepada mama mama anggota Mekaar agar dalam meminjam harus disesuaikan dengan kebutuhan usaha dan kemampuan membayar. Karena tahu sendiri kan kalau namanya dikasih pinjaman pasti maunya jumlah yang besar. Namun belum tahu digunakan untuk usaha apa dan bagaimana melunasinya.
Selain itu saya menitip pesan bahwa kaum ibu sebagai pengelola keuangan keluarga, harus pandai “menyisihkan” uangnya diawal untuk ditabung atau modal kerja usaha baru digunakan untuk keperluan konsumtif.
Jangan sebaliknya yaitu “menyisakan” diakhir setelah digunakan untuk konsumtif. Hal ini penting diingatkan supaya ada perencanaan keuangan dalam keluarga dengan cara yang mudah dipahami.
Pada pertemuan tersebut Novianti selaku Account Officer menjelaskan Program 3M yaitu Membuat bekal makanan anak, Memberi uang saku secukupnya, Mengingatkan anak jangan jajan sembarangan.
Untuk lebih memahami apa yang telah disampaikan oleh Novianti, saya meminta para mama untuk mengulangi program 3M tersebut dengan harapan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Selesai. Semua sudah selesai. Mulai dari napak tilas, seminar, hingga mengunjungi Kelompok Mekaar. Saatnya, saya memanjakan lindah. Inilah kesempatan kulineran yang penuh nostalgi.
Sayangnya, kami tidak bisa leluasa menikmati Ambon dan Maluku, karena beberapa kali gempa menggguncang. Beruntung tidak terjadi apa-apa, meski gempanya agak besar.(*)