Wabah ASF Tengah Merebak di Asia, Kementan Perketat Pengawasan
Jakarta,koranpelita.com
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, OIE (Organization Internationale des Epizootics) merilis penyebaran wabah penyakit pada hewan babi atau African Swine Fever (ASF) di Timor Leste pada bulan September 2019. Hal ini menggenapkan kondisi terkini penyebaran wabah ASF di benua Asia.
Dimulai pada bulan Agustus 2018 dari Cina, lanjut Mongolia (Januari 2019), Vietnam (Februari 2019), Kamboja (Maret 2019), Hongkong (Mei 2019), Korea Utara (Mei 2019), Laos (Juni 2019), Myanmar (Agustus 2019) dan menyusul Filipina dan Korea Selatan.
“Peta penyebaran cukup masif dan sudah sangat dekat dengan wilayah kita. Hari ini kita lakukan langkah antisipatif,” kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), saat memberi arahan pada temu koordinasi pengawasan dan pencegahan penyakit ASF pada hewan babi ke Indonesia di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Senin (30/9/2019).
Menurut Jamil, penyakit yang menyerang babi ini telah mewabah juga dibelahan benua lain, terutama yang memiliki banyak populasi babi. Dimulai dari benua Afrika di tahun 1921 yakni Kenya dan terus mewabah hingga menjadi endemik di sebagian sub-sahara Afrika termasuk pulau Madagaskar dan meluas ke benua Eropa. “Potensi penyebaran ASF ke Indonesia sangat cepat, karena itu kami lakukan antisipatif untuk mewaspadainya,” tambahnya.
ASF yang disebabkan oleh virus DNA genus Asfivirus, familia Asfaviridae ini berakibat pada kesakitan atau morbiditas dan kematian atau mortalitas pada ternak babi hingga dapat mencapai tingkat 100%.
Dalam aturan perkarantinaan Indonesia, penyakit hewan eksotik dan termasuk dalam hama penyakit hewan karantina golongan I berdasarkan Kepmentan No. 3238/2009 atau termasuk dalam penyakit hewan eksotik atau penyakit hewan yang belum ada di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, drh Agus Sunanto yang hadir mendampingi Kepala Barantan menjelaskan bahwa penyebaran virus ASF dapat melalui daging dan atau produk daging babi yang diproses dengan pemanasan yang tidak cukup. Juga melalui sisa-sisa katering dan sisa makanan bawaan penumpang dan awak alat angkut transportasi internasional baik moda kapal laut ataupun pesawat udara yang diolah dan dijadikan sebagai campuran pakan bagi (swill feeding).
“Virus ASF juga dapat terbawa oleh peternak atau petugas kesehatan hewan yang terkontaminasi seperti sepatu, baju dan lain-lain.Sisa katering alat angkut internasional juga harus diwaspadai,” tegas Agus.(Vin)