Solo, Koranpelita.com
Wajah Rizka Yuliani Nur Fadilah pucat. Ia hanya terduduk lesu kala didekati Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Dengan terbata-bata ia mengadukan pupusnya impian bersekolah di SMA 1 Surakarta.
Pelan-pelan Ganjar mendengarkan penuturan gadis 15 tahun itu. Ternyata ia tak bisa mendaftar di SMA 1 Surakarta karena ia sudah pernah mendaftar di sebuah SMK. Sistem yang terkoneksi online otomatis menolak pendaftarannya.
“Jangankan diterima, mendaftar saja tidak bisa,” kata Rizka.
Ganjar yang mengunjungi SMA 1 Surakarta Jumat (28/6) meminta panitia PPDB memberi penjelasan. Rizka baru sadar bahwa calon siswa tidak bisa mendaftar dua kali di SMK dan SMA. Ia harus memilih salah satu.
“Kalau kamu sekarang memilih SMA maka harus mencabut berkas pendaftaran di SMK,” kata salah seorang panitia PPDB.
Rizka mengaku sangat ingin sekolah di SMA. Namun ia kehabisan waktu. Ini hari terakhir pendaftaran akun calon siswa dan jam sudah menunjukkan pukuk 14.30. Tidak mungkin dalam setengah jam ia mencabut berkas di SMK kemudian balik lagi ke SMA 1.
Melihat kesungguhan Rizka, Ganjar pun meminta panitia PPDB membantu. Rupanya tidak butuh waktu lama karena sistem terkoneksi online.
Dalam tiga menit, akun pendaftaran di SMK diblokir dan Rizka bisa mendaftar di SMA 1.
“Alhamdulillah, terimakasih pak Gubernur,” ucap Rizka dengan mata berbinar.
Ganjar mengatakan, persoalan PPDB online tahun ini memang cukup pelik. Sehingga, pemerintah harus ekstra membantu masyarakat agar tidak ada kecemasan.
Ia menerangkan, persiapan untuk PPDB online di Jateng juga tidak hanya hari ini. Persiapan sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari.
“Termasuk penyiapan teknologi. Semuanya sudah diuji coba. Contoh teknis tadi ada anak tidak bisa mendaftar ke SMA karena sudah daftar ke SMK. Saya senang, ternyata dengan telepon saja masalah ini selesai. Hanya dalam waktu tiga menit tadi selesai, tanpa harus lari-lari,” kata Ganjar.
Itulah kelebihan sistem online yang diterapkan dalam PPDB tahun ini. Jadi, dirinya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak usah khawatir dan tidak perlu ngantri ke sekolah.
“Ya meskipun pihak sekolah harus tetap mengantisipasi kalau ada masyarakat yang mungkin masih takut atau kurang pede saat mendaftar online. Maka harus ada yang mendampingi dan diberikan ruang untuk bantuan,” tegasnya. (sup)