Palangka Raya, Koranpelita.com
Masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng) hingga kini masih relatif aman dari potensi terpapar paham terorisme dan radikalisme. Adapun peristiwa penangkapan pelaku terorisme yang terjadi di wilayah ini umumnya merupakan warga yang datang dari luar daerah.
Sekitar 2 pekan lalu kita dikejutkan penangkapan 34 orang tersangka teroris. Hasil penyelidikan pihak kepolisian, mereka merupakan warga luar daaerah. Sirkulasi penduduk demikian yang perlu kita cermati bersama, kata Ketua Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Kalteng Drs H Nurul Edy, di Luwansa Hotel, Palangka Raya, Rabu (19/6).
Dalam arahannya saat membuka kegiatan Coaching Survei Nasional Efektivitas Pola Pendidikan Keluarga pada Anak dan Diseminasi Media Sosial terhadap Penanaman Nilai-nilai Keagaman, Moral, Kebhinekaan dan Kearifan Lokal, Nurul Edy meminta semua pihak meningkatkan kewaspadaan terhadap sirkulasi penduduk di Bumi Tambun Bungai ini.
Dijelaskan Nurul Edy, jumlah penduduk Kalteng saat ini terdata sekitar 3 jutaan lebih. Sekitar 2,6 juta jiwa di antaranya merupakan penduduk tetap. Sedangkan selebihnya bersifat dinamis atau bergerak, misalnya para pekerja perusahaan perkebunan, pertambangan, dan aktivitas lainnya.
Pergerakan penduduk itu, lanjut Ketua FKPT Kalteng, perlu mendapat pengawasan dengan seksama untuk menangkal masuknya pelaku terorisme dan radikalisme ke wilayah Kalteng, seperti peristiwa penangkapan 34 tersangka terorisme baru-baru ini.
Peran perangkat RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga) perlu ditingkatkan, terutama dalam pengawasan orang-orang baru yang masuk ke wilayahnya, sebutnya.
Selain itu, lanjut Nurul, para pengelola kontrakan, barak, dan kost juga harus aktif memantau para penyewa, mengetahui persis siapa mereka, pekerjaannya, dan aktivitas yang mereka lakukan.
Laporkan secara periodik sirkulasi para penyewa barak ke pihak terkait dan aktif berkoordinasi dengan kepolisian maupun TNI, ingat Nurul.
Tak hanya peningkatan kewaspadaan, Ketua FKPT juga mengingatkan pentingnya pemahaman dan pengimplementasian khasanah kearifan lokal di setiap daerah.
Dari hasil penelitian, faktor kearifan lokal dan kesejahteraan merupakan dua elemen tertinggi yang mampu menangkal paham terorisme dan radikalisme ini, tandas Nurul Edy.
Kegiatan Coaching Survei Nasional ini sendiri dihadiri jajaran pemerintah daerah, di antaranya perwakilan Kantor Kementerian Agama, Dinas Pendidikan,
Kesbangpol, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, tokoh budaya, tokoh masyarakat, dan jajaran FKPT Kalteng.
Kegiatan bersama FKPT Kalteng dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalissi Direktorat Pencegahan ini juga menghadirkan leader enumerator survei dari pusat, yakni Dr HM Adlin Sila dan Puput Gus Setiawan.
Forum juga membahas efektivitas upaya-upaya penanaman nilai-nilai keagamaan, moral, kebhinekaan, dan kearifan lokal beserta implementasinya di kehidupan masyarakat pada era milenial dalam rangka mencegah terorisme maupun radikalisme. (SAR)