Jakarta, Koranpelita.com
Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Capres dan Cawapres 02 Prabowo – Sandiaga Uno menghimbau seluruh rakyat Indonesia untuk kritis dan berhati-hati mempercayai hasil-hasil survei yang dirilis oleh lembaga-lebaga survei.
“Jangan sampai kita menjadi korban hoax lembaga-lembaga survey yang tidak bertanggungjawab. Publik harus lebih kritis. Jika ada lembaga survey yang sengaja menyebarkan kebohongan atau hoax, tidak boleh diam saja,” ujar Wakil dari BPN Rizaldi D Priambodo di Jakarta, Minggu (24/3)
Imbauan itu disampaikannya dalam diskusi bertema “Migrasi Suara Pilpres 2019, Hasil Survei vs Realitas”, di restoran Gado-Gado Boplo, Cikini, Jakarta, Minggu (24/3). Rizal menjelaskan, pihaknya sering tertawa menyikapi rilis sejumlah lembaga survei yang tidak valid.
Dikatakannya, atas dasar itu, BPN lebih mempercayai hasil survei internal yang reperesentatif dan valid. Hadir dalam diskusi Prof Firman Noor, Kepala Pusat Penelitian Plitik LIPI Prof Firman Nooe, Direktur Rumah Dmeokrasi Ramdansyah dan peneliti Asiyah.
Rizaldi mengatakan, BPN Prabowo-Sandi merasakan ada fenomena migrasi suara. “Fenomena ini lebih spesifik kami sebut sebagai “hijrah suara”. Istilah “hijrah” digunakan, karena artinya adalah perpindahan dari yang tidak baik menuju ke yang lebih baik. “Ini dapat dirasakan dari kegiatan-kegiatan kampanye paslon maupun timses kami,” ujar dia.
Buktinya adalah, dari setiap kegiatan kunjungan Paslon Prabowo – Sandi selalu membludak. Animo masyarakat luar biasa. Lautan massa menjadi pemandangan yang luar biasa setiap kegiatan kampanye. “Tanpa survei pun ada fenomena hijrah suara ke Prabowo – Sandi,” papar dia.
Dikatakan Rizaldi, BPN Prabowo-Sandi memiliki survei internal. Dilaksanakan secara bekala untuk mengetahui progres dan efektivitas kampanye. Ketika membaca hasil survey yang dipublikasikan, kami dapat membandingkannya dengan hasil survei internal BPN, ujar dia
“Pak Prabowo pernah menyatakan, survei internal lebih valid daripada survei-survei yang dirilis oleh lembaga-lembaga survei. Dari beberapa kali pilkada seringkali hasil perhitungan suara berbeda jauh dengan hasil survei yang dilakukan secara internal,” kata dia
Dalam diskusi itu, Rizaldi membongkar modus kecurangan rilis survei seperti yang terjadi di kasus Pilkada DKI Jakarta, Jateng, dan Pilkada Jabar. Ia mencontohkan kasus penetapan margin of error 1 persen dari quick count yang dilakukan lembaga-lembaga survey, sementara sampelnya hanya 300 sampai 600 TPS.
“Itu sangat janggal. Untuk mendapatkan hasil 99 persen confidence level dan 1 persen margin of error, maka dibutuhkan 13.618 TPS untuk populasi TPS di Jawa Barat yang berjumlah 74.942 TPS. “Kalau hanya 300 TPS, maka margin erornya bearada pada 7 persen dan kalau 600 TPS maka margin erornya berada pada 5 persen, papar Rizaldi.
Dari kejanggalan itu, kami menghimbau seluruh rakyat Indonesia agar berhati-hati. Jangan sampai kita menjadi korban hoax yang disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Publik juga harus lebih kritis. Laporkan jika terbukti ada lembaga survei sengaja menyebarkan kebohongan atau hoax, ujar dia.
Sementara Direktur Rumah Demokrasi Ramdansyah dalam diskusi itu memaparkan temuan surveinya sepanjang tanggal 19 Februari – 1 Maret 2019. Mayoritas reponden menjawab memilih pasangan Capres 02 yaitu Prabowo-Sandiaga Uno sebesar 45,45 persen. Sementara, yang memilih pasangan Capres 01 Jokowi-Maruf Amin adalah sebesar 40,30 persen , dan sebanyak 14,25 persen belum menentukan pilihan.
Hasil survei ini menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi lebih unggul atas Jokowi-Maruf Amin, dengan selisih sekitar 5,15 persen dan saat dilakukan survei masih banyak undecided voters, yaitu sebanyak 14,25 persen.
“Realitas ini menjadi indikator bahwa performa sosialiasi hingga strategi dalam berkampanye, sangat mempengaruhi rasionalitas dan kesadaran publik atas calon yang akan dipilihnya,” ujar Ramdansyah. (kh)