Rumah Pangeran Demak ada di Kampoeng Jowo Sekatul

Desa Wisata Kampoeng Jowo Sekatul   berada di sekitar 27 km dari kota Semarang, tepatnya di desa Limbangan, Kab. Kendal, Jawa Tengah.

Sekatul adalah tempat wisata agro dengan nuansa pedesaan tradisional Jawa Kuno dengan bangunan bangunan berbentuk joglo.

“Di Sekatul cocok untuk liburan bersama keluarga maupun pasangan terdapat banyak wahana permainan seperti outbond, acara pesta, kolam renang, resto maupun penginapan ,”jelas pemilik Sekatul, Hery Setyanto atau Sri Agung Prabu Punto Djojonagoro ketika ditemui di rumahnya, desa Limbangan,Kendal, Jateng, Minggu (3/2/2019).

Ia menceritakan, mulai membangun Sekatul  tahun 1999.  Dijelaskannya, Sekatul memiliki luas sekitar 12 hektar di perbukitan Medini , kaki gunung Ungaran.

Ia mendirikan bangunan  pertama yang disebut rumah lanang (laki-laki).

“Sejarah rumah Lanang dulunya adalah Pendopo Kadipaten Bagan, Lasem  dengan adipatinya pangeran Sekar ( Sedolepen ) Surowiyoto. Wilayahnya mencakup Lasem, Rembang, dan sekitarnya. Pada waktu itu ( abad ke 15 ) Pendopo ini termasuk jenis rumah “ Tadah Loh” yang artinya tempat kesuburan ( Tempat rejeki ), sehingga dinamakan “ Dalem Bagan “,jelasnya.

Kemudian pada tahun 2000, ia memperoleh rumah Wadon ( Limasan ) , lantas disambung di bagian belakang rumah Lanang. Rumah ini ditemukan ditengah hutan perbatasan Blora – Ngawi, ketaknya didekat Tlogo Tuwung Desa Getas , dukuh Lemah Tulis.

Tentang Surowiyoto ia menceritakan, ketika jaman Majapahit ada sebuah Bendhe sebagai pusaka kerajaan yang diberi nama Bendhe Kyai Birowo.

Jaman Demak bendhe itu disebut bendhe Kiai Bicak sebagai  andalannya Adipati Surowiyoto atau P.Sekar.

Kala itu Bendhe itu digunakan untuk wayangan berkeliling yang tujuannya untuk meruntuhkan kewibawaan Adipati Unus yang waktu itu sebagai Sultan Demak pengganti R.Patah, mengingat Adipati Unus hanyalah seorang menantu, sedang tahta Demak sebenarnya yang paling  berhak P. Sekar

“Ia tidak bisa menerima keputusan itu,”tandasnya.

Kemudian oleh kelihaian Ki Ageng Selo, Bendhe itu bisa direbut olehnya untuk nantinya diberikan ke Ki Ageng Pemanahan beserta keturunannya.

“Oleh Ki Juru Mertani digunakan untuk berperang melawan putra P.Sekar yang bernama P.Haryo Penangsang. Hingga ketika Mataram berdiri bendhe itu dikenal dengan nama Bendhe Mataram. Sekarang menjadi Pusaka Karaton Amarta Bumi,”ungkapnya.

Terkait pusaka, diuraikannya dalam kehidupan orang jawa dipandang sempurna jika telah memiliki lima hal yaitu Wismo( Rumah), Garwo(Istri), Kukilo( Burung), Curigo(Keris/Senjata), Turonggo( Kuda/ Katuranggan).

Ia merasa sebagai orang Jawa yang beridentitas tentunya harus mempunyai Rumah Jawa / Joglo Jawa. Sebelum mendirikan Rumah / Joglo Jawa, mulailah mencari tempat dulu, kebetulan Tahun 1999, Herry mendapatkan tempat diSekatul yang lokasinya di Desa Margosari, kec. Limbangan Kabupaten Kendal Jawa Tengah.(dohan)

About editor

Check Also

3 Fokus Pembahasan Studi Komparasi DPRD Jembrana ke DPRD Kalsel

Banjarmasin, koranpelita.com Dalam rangka studi komparasi dengan tujuan meningkatkan kapasitas kedewanan, DPRD Kabupaten Jembrana mendatangi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca