Tempat melakukan suatu pendaratan darurat bagi sebuah pesawat terbang seperti helikopter ketika mengalami keadaan darurat (emergency) sering sulit untuk bisa diprediksi. Salah satu lokasi pendaratan yang bisa saja terjadi adalah di tengah hutan yang jauh dari pemukiman penduduk.
Sukabumi, Koranpelita.com-Dalam situasi tersebut, untuk dapat bertahan hidup sambil menanti datangnya pertolongan adalah bagaimana menjaga kondisi fisik agar tetap kuat.
Menghadapi kemungkinan tersebut, maka salah satu tahapan latihan dalam Latihan Survival Sangga Langit 2019 Lanud Atang Sendjaja adalah latihan berbivak dimana peserta latihan berusaha mempertahankan hidup dengan memanfaatkan berbagai tumbuhan maupun hewan di hutan yang dilaksanakan di wilayah Satrad 216 Cibalimbing Desa Pasibiris Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Selasa (26/2).
“Para pelaku yang terdiri dari 55 orang dibagi menjadi 5 regu, mereka dikumpulkan di lapangan bola Satrad 216 Cibalimbing, selanjutnya bergeser menuju Desa Ciracas untuk melaksanakan kegiatan Kompas siang menuju lapangan bola Neglasari dilanjutkan ke Cetahritih yang berjarak kurang lebih 3 Km dan langsung melaksanakan jungle survival”, jelas Danwing 4 Lanud Atang Sendjaja, Kolonel Pnb Muzafar, yang sekaligus merupakan Direktur Latihan Survival Dasar Sangga Langit 2019.
Lebih lanjut Danwing 4 Lanud Ats menyampaikan, dalam survival dasar ini para pelaku akan mendapatkan penjelasan mengenai tata cara bagaimana bertahan hidup di hutan ( jungle survival) dengan memperkenalkan berbagai jenis tanaman yang bisa di makan secara langsung tanpa harus di masak terlebih dahulu dan yang tidak bisa dimakan, serta cara mendapatkan sumber air dari tumbuhan.
Pada kesempatan pelaksanaan jungle survival, warga daerah Surade Sukabumi, yaitu Epa Mulyana, S.Pd dan Nunung Resnawati yang memberikan penjelasan tentang tanaman yang ada di hutan dari suku asli sukabumi yang bisa dimakan.
“Tujuan kami menjelaskan hal ini adalah untuk berbagi ilmu, berbagi pengalaman terutama sesama pecinta di alam terbuka, sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup, dan ini pengalaman yang sering dialami oleh masyarakat suka di sini ketika masuk ke hutan dan naik gunung,” ujar Epa Mulyana.
Epa Mulyana, S.Pd dan Nunung Resnawati juga menjelaskan bahwa di hutan ini ada berbagai tumbuhan yang dapat dimakan, dan ada juga yang dapat dijadikan obat-obatan, ketika mengalami sakit, luka, maupun cidera lainnya. “Harapan kami, ini menjadi pengetahuan bagi seluruh peserta untuk dimanfaatkan, baik dalam latihan ini maupun bila suatu saat mengalami kondisi darurat tersebut”, pungkas Ibu Nunung Resnawati.
“Suku asli sukabumi selatan tidak kalah dengan suku dayak suku baduy dan suku2 yg lainnya dalam kemampuan survive di hutan hutan belantara daerah jawa barat, hal ini dikarenakan suku asli sukabumi selatan memiliki prioritas di saat berada dalam kondisi survival, antara lain, memiliki sikap mental yang positif, memiliki semangat hidup, memiliki kesiapan diri, dan memenuhi segala unsur pendukung guna menghindari bahaya dan meminimalisir resiko yang mungkin terjadi dalam bergiat di alam bebas”, lanjut Epa Mulyana.(ay)